Pada umumnya, ketika kita merenungkan apakah kita tahu diri kita sendiri, pikiran yang terlintas dalam benak kita adalah keinginan, nilai, dan kepercayaan kita tentang alam semesta. Karakteristik yang kita buat ini adalah kode kita. Kita memiliki kode yang mempengaruhi bagaimana cara kita melihat sekeliling, begitu juga dalam setiap pengambilan keputusan. Dan kode itu bisa berubah dan dapat diganti.
Kita semua membuat sistem kepercayaan yang kita ikuti, sebuah identitas diri kita. Yaitu kode moral, rasa tanggung jawab, serta tujuan kita. Identitas itulah yang menggerakan kita untuk melakukan tindakan.
Namun apakah itu benar-benar diri kita?
Coba tanya diri kita, pernahkah melakukan atau mengatakan sesuatu yang kita sesali sesudahnya? Kita merasa frustasi dan dalam kepala kita seakan berteriak, "kenapa saya mengatakan hal itu?" Dan jika hal tersebut tidak ada hubungannya, coba ingat saat ketika kita mengalami reaksi emosional tiba-tiba seperti perasaan marah yang kemudian kita merasa bingung, mengapa kita tidak bisa mengendalikan emosi kita?
Momen-momen itu adalah saat dimana kita berhadapan dengan bayangan diri kita sendiri.
Bayangan yang ada dalam diri kita adalah bagian dari diri kita yang kita tolak dan masuk ke dalam jurang. Jurang itu adalah tempat dalam diri kita yang ego kita berusaha untuk melupakannya. Kita menguncinya dan membuang jauh-jauh kuncinya, namun ia tetap berteriak dan mencoba untuk mengendalikan tindakan kita.
Melihat bayangan dalam diri kita adalah hal yang sulit, itu terletak dalam jurang yang sulit untuk dimasuki, dan sulit untuk dihadapi. Berbeda halnya dengan melihat bayangan orang lain, kita dapat melakukannya.
Coba ingat sosok publik figur atau selebritis ketika terkuak kasusnya baik itu masalah perselingkuhan, korupsi, atau kasus lainnya, khalayak ramai pasti dengan cepat dapat menghakiminya.
Penghakiman adalah suatu reaksi yang mencegah kita mengakui bahwa pemikiran, reaksi, dan emosi itu ada di dalam diri kita.
Dapat kita lihat bahwa pikiran sadar kita ingin menghindari bayangan kita, meskipun secara bawah sadar ingin kita mengakui adanya jurang yang berisi bayangan kita itu. Kita mengenali bahwa bayangan ini memiliki sifat kasar, tidak memiliki rasa peduli, materialistis, penuh kebencian, dan kedengkian.
Kita membuat pikiran sadar kita berada di atas singgasana pikiran bawah sadar kita.
Bayangkan singgasana itu adalah sebuah gunung es yang besar, pikiran sadar kita adalah yang ada di atas permukaan air, tetapi pikiran bawah sadar kita, tempat dimana bayangan itu berada, adalah gunung es yang ada di bawah permukaan air.
Untuk dapat mengerti hal ini, bayangkan kita memiliki seorang teman yang menentang kita karena kesalahan kita sendiri, misalnya karena sering telat dalam hal apapun. Ketika ditentang, kita bertemu dengan kemarahan yang luar biasa untuk sesaat. Kemarahan itu dari teman kita yang menyentuh gunung es di bawah permukaan, sesuatu yang tidak bisa dikontrol.
Jadi Bagaimana Cara Mengatasi Bayangan Kita?
Yang pertama tentu saja kita harus mengakui keberadaannya. Masuk ke dalam jurang itu dan memasukkannya ke dalam ego pikiran sadar kita. Jika kita menolak bayangan itu, kita akan membiarkannya mengendalikan kita sambil memberikan ego kita ilusi bahwa kita sendiri yang mengendalikannya.
Jadi daripada membiarkan rasa takut mengendalikan kita, kita memilih untuk berani. Daripada melihat sesuatu sebagai rasa sakit, kita melihatnya sebagai kesempatan agar bertambah kuat. Daripada membiarkan rasa trauma membentuk kita, kita melihatnya sebagai kesempatan untuk lebih memahami. Daripada membiarkan kesulitan mengalahkan kita, kita bisa melihatnya sebagai kesempatan untuk menemukan passion kita.