Kitsukuroi adalah sebuah seni kuno dari Jepang dalam memperbaiki tembikar yang rusak dengan menggunakan pernis dicampur dengan bubuk emas. Kitsukuroi sendiri dalam bahasa jepang berarti "Memperbaiki dengan Emas".
Dengan teknik tersebut, bukannya menyembunyikan fakta bahwa tembikar pernah pecah tetapi justru malah menunjukkannya. Hasil dari perbaikannya juga menghasilkan tembikar yang lebih indah dan lebih kuat dari aslinya.
Kitsukuroi jika diaplikasikan ke dalam hidup akan membuat kita melihat keindahan dalam ketidaksempurnaan kita. Itu membuat kita memahami bahwa setiap retakan dalam karakter kita yang diakibatkan oleh pengalaman dan kejadian di masa lampau bisa membuat kita lebih kuat dan indah.
Ketika menghadapi dengan ketidaksempurnaan dan kegagalan, kita selalu memiliki dua pilihan. Kita bisa menyalahkan diri kita sendiri, atau kita bisa mengapresiasinya dengan menganggap sebagai sebuah keunikan yang sebenarnya menambah nilai ke dalam diri kita.
Jadi bukanlah suatu masalah seberapa banyak luka dan goresan yang kita miliki, seberapa banyak kesalahan yang kita perbuat, atau betapa sulitnya pengalaman yang pernah kita lalui. Hal itulah yang mengubah diri kita menjadi lebih baik.
Lalu bagaimana cara kita mengaplikasikan Kitsukuroi ke dalam hidup kita.
Memaafkan Diri Kita Atas Kesalahan Di Masa Lampau
Kesalahan kita di masa lampau seringkali membuat kita tak bisa tidur di malam hari. Kita bahkan sering mengasumsikan diri kita akan lebih baik jika saja di masa lalu memilih jalan atau pilihan berbeda dengan yang kita pilih.
Itu adalah kebohongan yang sering kita ucapkan pada diri sendiri karena tidak ada kepastian bagaimana jadinya jika kita memilih jalan atau pilihan yang berbeda.
Maafkan diri kita atas kesalahan yang kita perbuat, lihatlah sebagai sebuah kesempatan untuk berkembang dan fokus kepada apa yang bisa kita kendalikan yaitu masa sekarang. Jika kita dapat mempelajari hal ini, maka kita akan membebaskan diri dari kebiasaan menggantungkan diri pada masa lampau, dengan begitu maka hidup kita akan terasa jauh lebih ringan.
Menganggap Kegagalan Sebagai Kesempatan Untuk Berkembang
Kita cenderung untuk membenci kegagalan kita dan menyalahkan diri kita meskipun dari lubuh hati terdalam kita tahu bahwa kegagalan bisa menjadi guru terbaik kita, jika kita menerimanya.
Konsep Kitsukuroi mengajarkan bahwa daripada menyalahkan diri kita sendiri, baiknya kita harus belajar untuk memahami kesalahannya, ambil pelajarannya, dan berusaha menjadi lebih kuat lagi.
Ada sebuah istilah yang mengatakan, "Ketika kehidupan memberimu lemon, buatlah es limun." Yang berarti ketika sesuatu tidak berjalan lancar, biasanya ada sisi positif yang bisa dimanfaatkan.
Kitsukuroi juga tak jauh berbeda, hanya saja konsepnya lebih dalam lagi. Ia mengajarkan kita supaya mengambil hikmah dari setiap kegagalan untuk membentuk diri kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Mensyukuri Apa Yang Telah Dipelajari
Tidak ada orang yang belajar mengendarai sepeda tanpa jatuh dan menyakiti dirinya. Dengan begitu, kita belajar agar tidak terjatuh, kita menjadi pengendara yang lebih ahli dengan memiliki beberapa bekas goresan di kaki kita, dan kita mendapatkan kepuasan karena berhasil melaluinya.
Skenario serupa juga terjadi di kehidupan sebenarnya. Seringkali terjadi etika kita berbuat kesalahan dan lalu "jatuh dari sepeda." Perbedaannya adalah rasa sakit yang dirasakan pada sisi mental dan emosional, bukan fisik.
Jadi, daripada membiarkan masa lalu menyakiti kita, sadari bahwa setiap kesalahan dan kegagalan adalah kesempatan yang sempurna untuk mempelajari sesuatu dan kita harus mensyukuri hal tersebut.
Kesimpulan
Kitsukuroi adalah sebuah konsep yang kuat. Ia mengajarkan pada kita bahwa jika kita "hancur", kita bisa diperbaiki, dan dengan perbaikan itu kita bisa menjadi lebih kuat dan lebih indah.
Kita bisa melihat gambar sebuah pot keramik yang telah diperbaiki dengan Kitsukuroi untuk dapa memahami keindahan dari merangkul ketidaksempurnaan.
Kita selalu memiliki pilihan untuk merangkul versi diri kita yang benar-benar unik, dengan segala kekurangankita, dan mencintai diri kita sendiri dengan apa adanya.