Untuk setiap keberhasilan kita, ada sekitar 10 cara atau lebih yang harus kita relakan karena cara tersebut memang tidak berhasil.
Dalam momen itu, rasanya akan terasa seperti kegagalan. Namun kita belum melihat gambaran sepenuhnya. Kebanyakan orang bertahan di pekerjaan yang mereka tidak sukai. dalam hubungan yang dirasa sudah terasa hambar, dan pada sebagian kecil dari potensi pendapatan mereka, semuanya untuk menghindari satu hal yang akan membawa mereka pada pertumbuhan terbesar, yaitu kesediaan untuk mengikhlaskan.
Dalam setiap retorika kesuksesan yang pernah kita dengar, bahkan dari sejak kita kecil, intinya selalu sama yaitu: Jangan pernah menyerah. Ini adalah sebuah pesan yang penting untuk kita meskipun kita sering mengabaikannya. Yang terpenting adalah terus bergerak maju tanpa henti sampai tercapai tujuannya.
Namun ada sesuatu yang mungkin membutuhkan tekad yang lebih, dan mungkin kita dapat berargumen bahwa sukses secara keseluruhan itu jauh lebih penting. Kita harus tahu kapan waktunya untuk belok, kapan waktunya untuk jalan, dan saat waktunya untuk berhenti membenturkan kepala kita ke tembok.
Kita harus menemukan sisi kemanusiaan dalam diri kita dan mengakui bahwa kita salah dan harus mencoba lagi. Kita memiliki waktu yang terbatas, tak ada waktu untuk mencoba semuanya.
Sukses adalah tentang merelakan apa yang salah dan berkomitmen pada apa yang benar.
Ada bagian dalam kisah kesuksesan yang tak dibicarakan oleh siapapun: bukan apa yang tidak berjalan dengan baik karena faktor eksternal, tetapi apa yang kita pilih untuk hindari, apa yang kita sadari tidak kita inginkan, dan apa yang kita putuskan bahwa kita tidak memiliki waktu untuknya.
Tidak menyerah terhadap sesuatu menguji strategi kita. Itu meminta kita untuk beradaptasi dan menyesuaikan. Sedangkan menyerah menguji kejelasan kita. Itu menuntut kita untuk melihat dengan cermat dan seksama sebuah gambaran jangka panjang, dan bertanya pada diri sendiri apakah tindakan kita saat ini benar-benar akan membawa kita ke sana.
Dibutuhkan ketabahan untuk bertahan, tetapi dibutuhkan keberanian untuk melepaskannya.
Bagaimana cara kita melepaskan apa yang kita inginkan?
Bagaimana kita dapat lari dari sebuah impian yang kita telah luangkan waktu dan energi untuk membicarakannya, menceritakannya dengan orang lain, dan mengerjakannya? Bagaimana cara kita menemukan sisi kemanusiaan dalam diri kita bahwa itu tidaklah berhasil, dan kita salah?
Rintangan terbesar sebenarnya bukanlah kehilangan itu sendiri. Tetapi ego, rasa takut. Kita bertahan karena kita malu terlihat konyol, bodoh, naif, atau lemah. Lalu ketakutan mengenai apa yang akan terjadi setelahnya. Ketika kita melepaskan apa yang tidak kita inginkan, kita harus memperbaiki apa yang kita lakukan, dan itu biasanya dimulai dengan menatap ke dalam jurang dalam nan panjang yang tak diketahui dasarnya.
Apa yang tidak bisa kita lihat dari tempat kita berdiri sekarang adalah bahwa melepaskan bukanlah masalah melepaskan, ini masalah menerima apa yang sudah hilang. Ketika kita sudah sampai pada titik harus melepaskan, biasanya itu bukan karena kita memutuskan apakah akan tetap mempertahankan sesuatu atau seseorang lagi dalam hidup kita. Itu lebih kepada proses apakah kita tetap menyangkal tentang fakta bahwa itu sudah tidak berhasil. Dan itu bukanlah hal buruk.
Ketika sesuatu memang tepat untuk kita, kita akan mengetahuinya karena itu mengalir. Kita tahu karena itu tidak hanya berhasil, melainkan juga terjadi dengan mudah. Itu tetap muncul dan kita tetap kembali. Entah bagaimana itu selalu berhasil.
Ketika sesuatu bukanlah untuk kita, kita tahu karena kita dihentikan. Kita merasa takut dan marah, yang keduanya merupakan tanda bahwa kita tidak menghargai sinyal dari dalam diri kita bahwa sesuatu itu tidaklah tepat untuk kita. Kita tidak berkomitmen terhadapnya. Tak peduli apa yang kita katakan, tindakan kita akan mengungkapkan keinginan dan niat kita yang sebenarnya.
Akhirnya, kita harus bertanya pada diri sendiri mengapa di dunia yang kemungkinannya tidak terbatas ini kita membuat diri kita terjebak pada sesuatu yang sudah jelas bukan untuk kita. Lalu kita bertanya-tanya apakah mungkin itu tidak berhasil karena ada pilihan lain yang tersedia, hanya saja mata kita tidak cukup terbuka untuk melihatnya selama ini.
Tidak apa-apa jika kita mengubah pikiran kita. Itu juga tidak apa-apa untuk bekerja keras terhadap sesuatu dan menyadarinya bahwa itu tidak tepat untuk kita. Tidak apa-apa untuk merasa buruk dengan proses ini. Yang jadi masalah adalah untuk membiarkan ego kita menahan potensi kita. Itu tidak baik untuk membiarkan rasa takut kita menentukan apakah kita akan move on atau tidak. Itu tidak baik untuk menjalani hidup dengan tidak sepenuhnya karena terlalu takut untuk mengakui bahwa kita adalah makhluk tidak sempurna yang terkadang bisa salah melihat tentang apa yang tepat dan tidak tepat untuk kita.
Kita harus berkembang seiring berjalannya waktu, begitu juga tujuan kita, hubungan kita, dan bisnis kita juga harus berkembang.
Rasa takut untuk melepaskan adalah sebuah ketakutan untuk mengakui kekalahan, namun kita tidak mengakui kekalahan. Kita hanya menyadari bahwa jalan yang kita pilih bukanlah jalan yang akan membawa kita kepada tujuan akhir, dan kita cukup berkomitmen terhadap tujuan jangka panjang itu dan memilih untuk mengubah arah daripada tersesat.
Kebanyakan orang tidak merelakan apa yang salah bagi mereka, bahkan ketika mereka tahu bahwa itu adalah hal yang salah selama bertahun-tahun sampai akhirnya menghilang.
Ketika kita memilih untuk merelakan kita menyadari bahwa kita tak lagi ingin, kita sebenarnya bersandar pada sesuatu yang benar-benar indah. Yang pertama, itu adalah pengakuan perkembangan. Tak ada orang yang seharusnya memiliki mimpi yang sama seperti yang mereka miliki 10 tahun yang lalu. Itu berarti tidak ada kemajuan dan perkembangan pada saat itu, dan seharusnya ada. Kita harus berkembang seiring berjalannya waktu, dan tujuan hidup kita, hubungan kita, atau bisnis kita juga harus berkembang.
Yang kedua, adalah tekad, pengejaran tanpa henti dan berapi-api tentang apa yang benar-benar ingin kita alami dalam hidup ini. Kebanyakan orang tidak melepaskan apa yang salah bagi mereka, bahkan ketika mereka tahu bahwa itu adalah hal yang salah selama bertahun-tahun sebelum akhirnya menghilang.
Ketika kita ingin menyerah terhadap sesuatu yang salah, itu bukan karena kita berpikir bahwa kita telah gagal. Hal ini karena kita tahu bahwa kesuksesan itu tak terhindarkan. Kita tahu bahwa sukses itu tak terhindarkan jika kita melepaskan apa yang tidak berhasil dan mulai bergerak menuju apa yang akan berhasil.
Ini bukan tentang berdiam meratapi masa lalu; ini tentang membangun masa depan yang baru.
Apa yang terjadi jika kita melepaskan bukan berarti kita akan menghabiskan waktu di masa depan memikirkan semua yang tidak berhasil dan mengapa seperti itu. Intinya adalah kita melepaskan apa yang salah sehingga memberi ruang untuk apa yang benar. Intinya adalah dengan melepaskan apa yang kita sadari tidak berhasil, sebenarnya kita membuka kemungkinan terhadap apa yang mungkin berhasil.
Daripada terjebak dalam sebuah jebakan ego, kita membuka hati kita, bagian dari diri kita yang mampu memvisualisasikan, menyusun kembali strategi, dan bergerak maju dengan cara yang baru dan lebih kuat.
Melepaskan bukanlah akhir; Ini adalah awak yang baru. Ini tentang kemauan untuk melepaskan diri dari impian, ide, dan ekspektasi lama, dan melangkan maju menuju apa yang lebih baik bagi kita, apa yang lebih selaras, dan apa yang pada akhirnya akan memberi kita apa yang benar-benar ingin kita alami.
Ketika kita melepaskan apa yang kita tidak inginkan, kita sudah selangkah lebih dekat dengan apa yang sebenarnya kita inginkan.