Kita pasti pernah kesulitan untuk mengatakan apa yang ada dalam pikiran kita. Ketika kita tidak dapat berterus terang dengan yang lainnya, hal itu sering disebabkan oleh:
- Tidak ingin ditolak
- Tidak ingin menyinggung orang lain atau merusak hubungan kita dengannya.
- Tidak ingin pembicaraan keluar menjadi di luar kendali kita.
- Tidak tahu cara mengangkat permasalahan sulit dengan terampil.
Namun, masalah dapat muncul ketika kita tidak dapat berterus terang:
- Kita menderita karena kita akan memendam pikiran dan perasaan yang tidak dapat terekspresikan, yang cenderung akan menumpuk lalu kemudian pada titik tertentu akan muncul dalam ledakan kemarahan.
- Orang lain bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Mereka merasa bahwa kita memiliki sesuatu untuk dikatakan, namun kita tidak mengatakannya.
- Jika kita bekerja di dalam sebuah tim dan menahan apa yang menurut kita merupakan ide bagus hanya karena bertentangan dengan pemikiran tim, kita mungkin secara tidak sengaja menahan kesuksesan tim.
Bagian terberat dari berbicara secara terus terang merupakan permulaannya — apa yang harus dikatakan dan bagaimana cara mengatakannya. Sebuah percakapan mungkinn akan berjalan lebih baik jika dimulai dengan baik. Berikut adalah empat strategi untuk membantu kita memulai percakapan dengan terus terang.
Mengenali bahwa Kita Memiliki "Kolom Sebelah Kiri"
Otak manusia memproses informasi lebih cepat dibanding berbicara. Kita memikirkan banyak hal, bahkan ketika kita mendengarkan. Kebanyakan dari kita memiliki filter yang cukup bagus, jadi kita memantau dan mengelola aliran pikiran dan perasaan dalam percakapan apapun.
Yang jadi masalah adalah ketika kita menyensor diri kita sendiri hingga pada tingkat dimana kita mengatakan suatu hal tetapi berpikir dan merasakan sesuatu yang sama sekali berbeda. ketika kita berkata, "Bagus, Saya menantikan untuk segera berbicara denganmu lagi," tetapi dalam batin kita berkata, "Saya tidak ingin berbicara denganmu lagi."
Ketika kita tidak mengatakan apa yang kita pikirkan dan rasakan, kita meninggalkan bagian terpenting dari sebuah pembicaraan — dan kita mengetahuinya. Kita menahan sesuatu yang dikenal sebagai "kolom sebelah kiri."
Chris Arguris dan Donald Schon, mantan prosfesor di Harvard dan MIT, menciptakan sebua alat yang didesain untuk meningkatkan efektivitas komunikasi yang disebut sebagai "kerangka kolom sebelah kiri." Dalam kelasnya, Argyris meminta muridnya untuk mengambil selembar kertas dan menggambar garis lurus di tengahnya. Di kolom sebelah kiri, mereka diminta untuk menuliskan apa yang mereka pikirkan saat melakukan pembicaraan yang tidak mereka katakan. Di kolom sebelah kanan, mereka menuliskan apa yang benar-benar dikatakan. Pada umumnya, kedua kolom tersebut terlihat berbeda.
Dalam pembicaraan yang sulit, kolom sebelah kiri kita sering berisi pemikiran, penilaian, tuduhan, asumsi, dan kritik. Kita tidak menciptakan kolom di sebelah kiri; biasanya ini adalah reaksi terhadap sesuatu yang menjengkelkan. Pikiran yang tidak terucapkan ini muncul dan naik ke permukaan seperti gelembung dalam segelas minuman soda.
Ketika kita memiliki kolom sebelah kiri yang tidak terkendali, kita dapat:
- Berkata iya pada sesuatu yang tidak kita inginkan, atau berkata baik-baik saja dengan sesuatu yang tidak kita setujui.
- Menahan perasaan kita dan menumbuhkan kebencian.
- Mengatakan sesuatu tetapi kita memikirkan hal lainnya.
Menahan kolom sebelah kiri kita dapat menyebabkan masalah secara internal, tetapi itu juga bisa menyebabkan hal lain:
- Semua orang tahu ketika seseorang tidak sepenuhnya berterus terang dengannnya — kita mengenali nada bicara dan bahasa tubuh mereka. Jadi, jika kita memiliki kolom sebelah kiri, orang lain akan merasakannya.
- Kita tahu bahwa membeberkan kolom sebelah kiri kita dalam bentuk mentah bukanlah sesuatu yang dapat ditermia — kita akan merasa tidak enak kerena mengatakan sesuatu yang tidak sopan, dan kita juga akan merusah sebuah hubungan. Tetapi jika kita menyimpan kolom sebelah kiri itu dalam diri kita sendiri untuk waktu yang lama, kita mungkin akhirnya akan mengatakan sesuatu yang kita sesali.
Jadi kita memiliki empat cabang dilema — sebuah quadrilemma. Kolom sebelah kiri kita beracun; itu muncul. Kita akan keterlaluan jika mengatakannya, kita juga keterlaluan jika tidak mengatakannya, dan orang lain akan merasakan apa yang kita pikirkan.
Itu adalah hal yang sulit untuk berterus terang dan sopan jika kita tidak membereskannya; berikut adalah cara melakukannya.
Detoksifikasi Kolom Sebelah Kiri Kita
Kita bisa mendetoksifikasi kolom sebelah kiri kita dengan mengungkap kebenaran yang penting dan mengatakannya dengan jujur dan sopan. Mulailah dengan menyadari bahwa kolom sebelah kiri muncul karena sesuatu yang kita pedulikan sedang terancam. Coba tanya pada diri kita sendiri:
- Apa sesuatu yang kita pedulikan yang sedang terancam?
- Apa yang mengganggu kita?
Berikut adalah contohnya: Datang tepat waktu ketika ada janjian adalah hal penting bagi saya. Jika ada seseorang yang berulang kali datang terlambat, tentu saja merasa terganggu, dan kolom sebelah kiri saya akan penuh dengan hal-hal seperti, "Telat lagi aja. Ada apa sih dengannya? Tidak ada pikirannya sama sekali terhadap orang lain."
Ketika kejadian atas terjadi pada kita, kita menemukan sesuatu bahwa kita merasa tidak dihargai karena kita menafsirkan seseorang yang sering datang terlambat tersebut sebagai sebuah bentuk tidak menghargai kita dan waktu kita. Beginilah cara kita untuk dapat mengungkapkannya dengan jujur dan sopan:
"Ada sesuatu yang mengganggu pikiran saya. Sebelumnya kita telah membahas pentingnya ketepatan waktu; ya kita berdua memang sibuk. Kita sepakat untuk bertemu pada jam 15. Tetapi anda tiba jam 15:15 dan tidak menginfokan sebelumnya bahwa akan datang terlambat. Saya merasa tidak dihargai. Dan saya tahu itu bukan keinginan Anda untuk datang terlambat. Ceritakan apa yang terjadi?"
Hanya karena kita mengatakan hal tersebut bukan berarti masalahnya terselesaikan. Kita masih harus berurusan dengan tanggapannya. Tetapi paling tidak, kita tidak menahan rasa kesal kita. Kita telah mengungkapkannya dengan jujur dan sopan, yang merupakan hal terpenting.
Memiliki Pola Pikir Belajar
Pola pikir belajar didasarkan pada sebuah asumsi bahwa pandangan seseorang tentang dunia pada dasarnya tidaklah lengkap. Untuk alasan ini, mereka yang memiliki pola pikir belajar selalu terbuka terhadap pemikiran dan perspektif orang lain. Seseorang dengan pola pikir belajar menyadari pengalaman subjektifnya berbeda dengan orang lain. Mereka menghargai dan menghormati pendapat orang lain.
Di sisi lain, mereka yang memiliki pola pikir tertutup percaya bahwa pandangannya terhadap dunia adalah satu-satunya kenyataan yang mungkin terjadi. Pola pikir tertutup membuat kita tidak terbuka dengan pemikiran orang lain. Kita mencari cara agar selalu terlihat bagus bagaimanapun caranya dan selalu ingin membuktikan bahwa orang lain salah.
Itu jauh lebih mudah untuk berterus terang ketika kita memiliki pola pikir belajar. Tujuan kita untuk berbicara bukanlah untuk meyakinkan orang lain tetapi untuk menginformasikan, berbagi, dan menciptakan percakapan. Kita tidak harus memikirkan semuanya sebelum berbicara. Kita memiliki hak untuk mengutarakan pendapat, memberikan saran, atau mengajukan solusi potensial.
Inilah tiga cara untuk berbicara menggunakan pola pikir belajar:
- Bedakan antara pendapat kita dengan fakta yang dapat diamati, menggunakan frasa seperti: "Menurut Saya...""Cara Saya melihat ini..."
- Ungkapkan pandangan kita (meskipun tidak lengkap) dan tetap terbuka untuk sanggahan dari orang lain: "Saya belum menemukan jawaban sepenuhnya...." "Sebelumnya maaf jika apa yang Saya katakan belum tentu benar...."
- Dengarkan pikiran dan pendapat orang lain dengan tulus untuk mencoba mengerti kenapa mereka berpikir, bertindak, atau merasa seperti itu. "Saya penasaran untuk memahami kenapa..."
Ketika kita memiliki pola pikir belajar, akan jauh lebih mudah untuk berbicara secara terus terang karena kita hanya sekedar berbagi pengalaman dan pendapat.
Lakukan "Percakapan Dapur"
Percakapan meja makan itu seperti menyajikan makanan yang sudah sepenuhnya matang. Sedangkan percakapan dapur menunjukkan dan menjelaskan bagaimana makanan tersebut dimasak.
Pembicaraan dan hubungan akan rusak jika kita tidak mengungkapkan alasan di balik ide, proposal, kritik, atau saran. Mengatakan kepada seseorang bahwa proyek yang sedang dia kerjakan tidak akan berhasil merupakan percakapan meja makan. Sedangkan menjelaskan mengapa kita berpikir demikian adalah percakapan dapur.
Menjelaskan mengapa percakapan dapur — kita menarik tirai, mendefinisikan fakta, data, dan alasan seperti yang kita lihat. Kita menjelaskan logika dan alasan kita. Kita melakukan ini bukan untuk membuktikan bahwa kita benar tetapi untuk mendorong dialog agar orang lain dapat mengambil kesimpulan mereka.
Dan prosesnya berjalan dua arah. Ketika seseorang menyatakan pendapatnya tanpa didukung oleh fakta atu alasan, tanyakan tentang bagaimana mereka bisa sampai pada kesimpulan tersebut. Ini menunjukkan keterbukaan dan kemauan kita untuk belajar dan memahami perspektif lain.
Ini adalah cara lainnya untuk menggunakan teknik pembicaraan dapur:
- Jika seseorang tidak menjelaskan alasannya, tanyakan dengan sopan. "Saya mengerti Kamu percaya 'z' adalah cara yang benar untuk melakukan proyek. Bantu Saya untuk mengerti kenapa Kamu berpikir begitu?"
- Ketika kita memiliki sebuah ide yang kita percaya penting untuk diungkapkan, tetapi tidak yakin bagaimana cara yang tepat untuk melakukannya, kita bisa berkata, "Saya punya ide. Saya pikir ini potensial, dan inilah alasannya. Saya ingin membahasnya."
Sebuah "percakapan dapur"membuat berterus terang jadi lebih mudah karena kita menjelaskan proses pemikiran kita, penafsiran kita terhadap sebuah fakta, dan sudut pandang kita. Kita berbagi tidak hanya apa yang kita pikirkan tetapi juga kenapa kita bisa berpikir seperti itu.